Palembang, Exploreaja – Suatu sore yang biasanya diisi dengan scroll TikTok, buka DM, atau war Tiket konser, mendadak hening. Pasalnya, jaringan WiFi di beberapa wilayah sempat down selama kurang lebih satu jam. Tanpa sinyal yang stabil, para remaja yang awalnya panik, akhirnya mulai membuka “jaringan lain”—yaitu koneksi dengan diri sendiri dan sekitar.
Awalnya, situasi ini menimbulkan keresahan. Grup chat rame dengan satu pesan:
“Eh, WiFi lu mati juga gak?”
“Punya gue muter terus dari tadi, kesel!”
Namun, setelah beberapa menit, suasana berubah. Tak sedikit remaja yang akhirnya meletakkan ponsel dan menatap sekitar—sebuah hal langka di era sekarang. Dari sinilah muncul banyak percakapan jujur, kesadaran baru, dan pelajaran hidup yang kadang lupa dirasakan saat internet menyala 24 jam.

Satu Jam Tanpa Internet, Satu Jendela Kehidupan Terbuka
Via (18), seorang pelajar SMA, mengaku awalnya frustrasi karena sedang menyusun playlist untuk healing setelah hari yang berat. Tapi akhirnya ia duduk di teras rumah, ngobrol sama ibunya yang lagi bikin teh. “Ternyata enak juga ya gak buru-buru harus balas chat. Bisa dengerin suara angin. Ngobrol santai,” ujarnya sambil tersenyum kecil.
Sementara itu, Tasya (17), sempat refleksi soal kebiasaannya. “Baru sadar, tiap hari tuh aku buka ponsel terus, jarang sekali menyapa orang rumah. Pas WiFi mati, aku jadi bisa mikir. Kadang, kita terlalu sibuk jadi ‘online’ sampai lupa jadi ‘hadir’.”
Nasihat Tak Terduga dari Sinyal Hilang
Beberapa remaja yang sempat duduk bareng di taman komplek akhirnya malah saling cerita soal keresahan hidup. Soal pilihan jurusan kuliah, soal rasa insecure, soal kehilangan, dan soal cinta yang nggak sempat diungkap. Salah satu dari mereka bahkan berkata, “Kalo hidup itu kayak sinyal, kadang naik turun. Tapi pas kita down, bisa jadi itu saatnya kita connect ke hal yang lebih penting.”
Dari sana, mereka menyadari:
- Bahwa pause itu penting. Kita nggak harus selalu on.
- Bahwa hidup di dunia nyata butuh koneksi yang lebih dalam dari sekadar WiFi.
- Bahwa mendengarkan diri sendiri, orang lain, bahkan suara daun jatuh itu bisa menyembuhkan.
Sinyal Kembali, Tapi Pikiran Lebih Terhubung
Setelah satu jam, notifikasi pun mulai masuk bertubi-tubi. Tapi ada yang berbeda. Ada yang memilih untuk tidak langsung kembali scroll. Ada yang akhirnya membuka buku, menyapu kamar, atau bahkan menulis diary setelah sekian lama. Ada juga yang kirim pesan singkat ke orang yang lama dilupakan: “Hai, apa kabar?”
Mungkin, bukan cuma WiFi yang perlu diperbaiki saat down. Tapi cara kita hadir dalam hidup. Kadang, ketika teknologi berhenti sejenak, barulah hati kita bisa bicara.
Dalam dunia yang serba cepat dan terkoneksi 24/7, satu jam tanpa sinyal terasa aneh — tapi juga menyegarkan. Bagi sebagian remaja, ini jadi waktu singkat yang cukup untuk berpikir: “Kalau bukan sekarang aku mulai menata hidup, kapan lagi?”
Untuk cerita inspiratif dan unik lainnya seputar kehidupan, pantau terus rubrik exploreajacom di kanal berita favoritmu!